Kawasan Kashmir
Kawasan Kashmir Memanas India Dan Pakistan Diambang Perang

Kawasan Kashmir Memanas India Dan Pakistan Diambang Perang

Kawasan Kashmir Memanas India Dan Pakistan Diambang Perang

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Kawasan Kashmir
Kawasan Kashmir Memanas India Dan Pakistan Diambang Perang

Kawasan Kashmir Kembali Menjadi Sorotan Dunia Setelah Terjadi Eskalasi Ketegangan Antara India Dan Pakistan Yuk Kita Bahas Bersama. Konflik yang telah berlangsung selama lebih dari tujuh dekade ini kembali membara setelah serangkaian insiden di sepanjang Garis Kontrol (Line of Control/LoC) yang memisahkan wilayah Kashmir yang dikuasai India dan Pakistan. Ketegangan terbaru ini memicu kekhawatiran global akan potensi pecahnya perang terbuka antara dua negara yang sama-sama memiliki senjata nuklir.

Laporan dari media lokal dan internasional menyebutkan bahwa bentrokan senjata, serangan udara, hingga aktivitas militer intensif mulai meningkat sejak awal bulan Mei 2025. India menuduh Pakistan mendukung kelompok militan yang melakukan serangan terhadap pangkalan militer di wilayah Jammu dan Kashmir. Sementara Pakistan membantah tuduhan tersebut dan menuding India melakukan pelanggaran HAM serta aksi militer sepihak di wilayah sengketa.

Pemerintah India menyatakan bahwa mereka akan mengambil langkah tegas untuk menjaga integritas nasional dan keamanan warga. Di sisi lain, Pakistan memperingatkan bahwa agresi militer India dapat memicu konsekuensi serius. Retorika keras dari kedua belah pihak membuat dunia internasional khawatir bahwa konflik ini bisa lepas kendali Kawasan Kashmir.

Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok telah menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri dan segera duduk di meja perundingan. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menyampaikan keprihatinannya atas eskalasi konflik dan mendorong penyelesaian damai melalui di alog di plomatik.

Konflik Kashmir merupakan warisan dari pembagian India dan Pakistan tahun 1947, yang memicu tiga kali perang besar antara keduanya. Meskipun telah ada berbagai upaya damai, seperti perjanjian Simla dan kesepakatan Lahore, namun sengketa teritorial dan konflik sektarian terus menjadi sumber ketegangan abadi Kawasan Kashmir.

Konflik Dimulai Saat Inggris Membagi Anak Benua India Menjadi Dua Negara Merdeka

Konflik di Kashmir berakar pada sejarah panjang yang rumit dan penuh ketegangan, dengan beberapa faktor utama yang memicu dan memperparah situasi hingga hari ini. Berikut penjelasan mengenai apa yang menjadi sumber utama konflik antara India dan Pakistan di wilayah Kashmir:

  1. Pembagian India dan Pakistan (1947)

Konflik Dimulai Saat Inggris Membagi Anak Benua India Menjadi Dua Negara Merdeka: India dan Pakistan, berdasarkan garis mayoritas agama—Hindu untuk India, dan Muslim untuk Pakistan. Namun, wilayah Kashmir, yang saat itu di perintah oleh seorang Maharaja Hindu bernama Hari Singh, memiliki mayoritas penduduk Muslim. Ia memutuskan untuk bergabung dengan India, bukan Pakistan, yang memicu kemarahan Pakistan dan menyebabkan perang pertama antara kedua negara.

  1. Perebutan Wilayah

Hasil dari perang pertama tersebut adalah pembagian Kashmir menjadi dua bagian:

Jammu dan Kashmir: di kuasai India

Azad Kashmir dan Gilgit-Baltistan: di kuasai Pakistan

Namun, kedua negara mengklaim wilayah Kashmir secara keseluruhan sebagai bagian sah dari negaranya. Ini menciptakan konflik berkepanjangan yang memicu perang kedua (1965), perang ketiga (1971), dan berbagai bentrokan kecil serta krisis diplomatik setelahnya.

  1. Sentimen Separatis dan Perlawanan Bersenjata

Sejak akhir 1980-an, muncul gerakan separatis di Jammu dan Kashmir yang menuntut kemerdekaan atau bergabung dengan Pakistan. India menuduh Pakistan mendukung kelompok militan yang menyusup ke wilayahnya, sementara Pakistan menyebut dirinya hanya mendukung perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib sendiri.

  1. Masalah Identitas dan HAM

Banyak warga Kashmir merasa tidak terwakili secara politik oleh pemerintah India dan mengalami pelanggaran hak asasi manusia oleh aparat keamanan. Ini memperparah ketegangan sosial dan menciptakan rasa permusuhan yang mendalam terhadap pemerintah pusat India.

Berikut Penjelasan Tentang Sikap Dan Pandangan PBB Terhadap Masalah Konflik Kawasan Kashmir

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak awal memiliki peran penting dalam menangani konflik Kashmir, terutama sebagai mediator internasional yang netral. Berikut Penjelasan Tentang Sikap Dan Pandangan PBB Terhadap Masalah Konflik Kawasan Kashmir:

  1. Posisi Netral dan Penekanan pada Resolusi Damai

Dan PBB secara konsisten menyatakan bahwa konflik Kashmir harus di selesaikan melalui dialog damai dan cara-cara di plomatik. PBB menekankan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional dan menghindari kekerasan atau aksi militer yang dapat memperparah ketegangan. PBB juga mendorong kedua pihak—India dan Pakistan—untuk menahan diri dan menghindari provokasi yang bisa memicu perang terbuka.

  1. Resolusi Dewan Keamanan PBB

Pada akhir 1940-an, PBB melalui Dewan Keamanan mengeluarkan beberapa resolusi penting terkait Kashmir, termasuk:

Maka kemudian resolusi 47 (1948): Menyerukan gencatan senjata, penarikan pasukan, dan pelaksanaan plebisit (referendum) agar rakyat Kashmir dapat menentukan sendiri apakah ingin bergabung dengan India atau Pakistan.

Maka kemudian namun, plebisit ini tidak pernah terlaksana karena kedua negara tidak sepakat pada kondisi pelaksanaannya. India menilai wilayah Kashmir adalah bagian sah dari negaranya, sementara Pakistan terus mendesak agar plebisit di laksanakan.

  1. Misi Pengamat Militer PBB (UNMOGIP)

Maka kemudian PBB membentuk UNMOGIP (United Nations Military Observer Group in India and Pakistan) pada tahun 1949 untuk mengawasi gencatan senjata di sepanjang Garis Kontrol (LoC). Misi ini masih aktif hingga kini, meskipun India tidak lagi mengakui fungsinya sejak 1972 setelah penandatanganan Perjanjian Simla.

Maka kemudian sekretaris Jenderal PBB, dalam berbagai kesempatan, menyatakan bahwa PBB siap memfasilitasi dialog, tetapi tidak akan memaksakan diri sebagai mediator, kecuali diminta oleh kedua belah pihak.

Indonesia Memiliki Sejarah Hubungan Yang Panjang Dan Bersahabat Dengan Baik India Maupun Pakistan

Maka kemudian sebagai negara dengan prinsip politik luar negeri yang bebas aktif, Indonesia memiliki pendekatan diplomatik yang hati-hati dalam menyikapi konflik Kashmir antara India dan Pakistan. Meskipun Indonesia memiliki hubungan baik dengan kedua negara, posisi Indonesia lebih condong pada penekanan solusi damai dan penghormatan terhadap kedaulatan serta hukum internasional, sesuai dengan prinsip yang di amanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 dan Piagam PBB.

Hubungan Historis dan Diplomatik

Maka kemudian Indonesia Memiliki Sejarah Hubungan Yang Panjang Dan Bersahabat Dengan Baik India Maupun Pakistan. Hubungan diplomatik dengan India terjalin sejak awal kemerdekaan, dengan tokoh-tokoh seperti Soekarno dan Jawaharlal Nehru saling mendukung dalam perjuangan anti-kolonialisme. Di sisi lain, Indonesia juga memiliki kedekatan religius dan kultural dengan Pakistan sebagai sesama negara dengan mayoritas Muslim, serta anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Oleh karena itu, Indonesia tidak berpihak secara terbuka pada salah satu pihak dalam konflik Kashmir. Pendekatan ini di ambil untuk menjaga keseimbangan hubungan bilateral serta peran Indonesia dalam menjaga perdamaian kawasan dan dunia.

Sikap Resmi Indonesia

Dalam berbagai kesempatan, Indonesia menyuarakan bahwa konflik Kashmir harus di selesaikan melalui dialog damai antara India dan Pakistan. Pemerintah Indonesia mendorong kedua negara untuk menahan diri. Maka kemudian dan menghindari eskalasi militer yang dapat membahayakan stabilitas kawasan Asia Selatan.

Indonesia juga menghormati kedaulatan dan integritas teritorial kedua negara. Maka kemudian sesuai dengan prinsip non-intervensi yang menjadi dasar kebijakan luar negeri Indonesia Kawasan Kashmir.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait